Rabu, 03 Mei 2017

Ba Day

Ini saya tulis waktu dulu, dulu banget, saat Desa saya dilanda angin puting beliung. Biasanya, saya itu suka baper alias bawa perasaan, jadi dikit-dikit curhat dalam bentuk cerita kaya gini. Sebelumnya, tulisan ini pernah saya post juga di facebook, tapi berhubung blog saya sepi, jadi saya post ulang lagi aja. hehe. Happy reading kawan :D
****************************
Ada luka, duka dan cerita. Diselimuti remang cahaya padam, di bawah derasnya rintik hujan, diantara Dzuhur dan Ashar. Kisahku tergores diantara ribuan tetes air langit. Ingin kulupakan segala memori kala itu, namun tak semudah itu. Semua sudah melekat permanen dalam ingatanku. Mengukir sejarah baru, menutup sejarah lalu. Setiap detiknya terekam dalam imaji semesta.
Sebelas tahun lalu, aku seperti “itu”, jauh sekali dari kata “hebat”. Sekarang? Masih dengan predikat yang sama, sama sekali tak mendekati “hebat”. Dan sebelas tahun kedepan, masih tetap samakah? Akupun tak tau. Namaku tak mengukir sejarah apapun. Sampai detik ini, aku tak tau sejarah apa yang pernah aku torehkan, sedang aku lakukan, dan akan aku ciptakan. Aku hanya mengikuti apa yang ada dalam sekenario. Ini peranku. Dan ini jalan ceritaku. Tidakkah aku yang jadi pemain tunggal? Haruskah mereka ikut dalam kisah ini? Memang harus. Tak sempurna kisahku tanpa mereka itu. Dan, ketika klimaks sudah mulai nampak, terlihat jelas sifat aslinya. Suatu saat, yang Kuat dan Hebat itu akan DI-lemahkan, TER-lemahkan, dan menjadi lemah dengan sendirinya. Karena memang itulah sekenarionya.

Jangan, jangan kalian coba menelaah kisahku. Jujur akupun tak tau peran apa yang sedang aku jalankan. Dengan prolog yang cukup penuh dinamika, klimaks yang bergejolak, dan entah dengan epilognya, endingnya. Dan, diakhir kisah, aku mulai merasa lelah. Aku mulai lemah. Aku ingin memejamkan mata sekejap saja. Aku ingin merebahkan semua beban dipundaku, berbaring dipangkuan Sang Sutradara. Disana, aku merasa aman, tenang, tanpa beban. Pada pangkuan-NYA, aku teteskan air mata kebahagiaan, disana tak akan ada ranjau yang menerkam. Aku benar-benar merasa aman dan nyaman. Di pangkuan-NYA aku berbaring tanpa beban. Namun, lagi-lagi kisahku belum selesai sampai disini. Ini belum saatnya aku istirahat. Masih banyak peran yang harus aku mainkan. Aku harus bangkit dan melangkah lagi, dan lagi. Apa aku mampu? Aku ibarat sebutir debu diantara ribuan keping emas. Tak dihiraukan oleh teriknya mentari yang menyengat. Kemana debu itu akan singgah? Kearah mana angin membawanya. Aku mengalir mengikuti arus air, tapi aku tak mau hanyut seperti aku dalam kisahku. Aku tak mau melawan derasnya arah angin, kemanapun arahnya, aku mengikuti. Karena memang inilah aturannya. Lantas, bagaimana jika itu badai? Akankah aku sanggup terbang didalamnya? Jelas akan jauh lebih sulit. Namun, untuk dapat menempuh badai, aku tak boleh berhenti, aku harus terus berjalan. Namun faktanya, badai itu terlalu kuat. Menerjang apapun yang dilaluinya, menghancurkannya, porak poranda. Bagaimana dengan aku? Apakah aku juga akan hancur? Sekokoh dan semegah apapun bangunan, tak bisa dijadikan pelindung, karena akan hancur jua. Hanya lantunan kalimat-kalimatnya yang terus membasahi bibir ini, inilah satu-satunya pilar untuk aku kuat berdiri dan melangkah ditengah dahsyatnya badai. Aku tak tau kapan kisahku akan usai. Setiap yang dituliskan Sang Sutradara untuku, harus aku jalankan. Aku kini mulai merasakan lelah sebelum akhir ceritaku. Aku ingin merasakan kenyamanan disisi-NYA. Lagi dan lagi, ini belum waktunya. Lalui dulu badainya, genggam anginnya, dan kendalikan arahnya. Mungkin aku akan tau siapa aku ini sesungguhnya. Mampukah? Aku mencoba menjalankan peran sebaik mungkin, tanpa celah sedikitpun, namun itu mustahil bagiku. Memang tak ada yang tak mungkin. Namun banyak juga yang mustahil. Mana yang aku pilih? Jelas bukan pilihan kedua. Dan, memang inilah jalan yang harus  aku lalui. Aku akan terus terbang kearah mana angin membawaku. Kearah mana semesta memanggilku. Yaitu, kearah jalan yang sudah digariskan untukku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar